Faktor
yang mempengaruhi Kualitas Tidur
Kebutuhan
dasar bagi manusia merupakan unsur yang penting dalam menjaga keseimbangan baik
secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan
kesehatan. Abraham Maslow mengemukakan teori khirarki kebutuhan yang menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu, kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman dan dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan
dimiliki, serta kebutuham aktualisasi (Potter & Perry 2005 dalam Agustin
2012). Seseorang
akan mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka. Perubahan
irama fisiologis tubuh berulang setiap 24 jam mengikuti perputaran siang dan
malam yang teratur, irama tersebut dikenal sebagai irama sirkadian (Mubarok, 2007). Waktu tidur dan terjaga yang dimiliki
setiap orang berbeda-beda, orang akan beraktivitas pada siang hari dan akan
tertidur pada malam hari, tetapi ada juga orang yang bekerja pada malam hari
dan saat siang hari beristirahat (Agustin, 2012).
Dilihat
dari beberapa penjelasan diatas mengenai tidur, tidur bisa dikatakan sebagai
kebutuhan fisiologis yang terjadi karena perubahan stuktur kesadaran yang
ditandai tingkat kesadaran dan respon terhadap stimuli. Dalam pelaksanaannya
beberapa masyarakat Indonesia ada yang mengeluh mengenai kualitas tidur mereka
seperti para pekerja malam, para pekerja shift dan lain sebagainya. Berikut
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang diantaranya penyakit,
lingkungan, latihan fisik dan kelelahan, stres emosional, kebiasaan sebelum
tidur, konsumsi obat dan substansi, dan diet. Adanya gangguan tidur berarti
individu belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Masalah-masalah yang muncul
karena gangguan tidur jika tidak diatasi dengan segera, akan mengganggu
kesehatan fisik dan emosi yang akan menurunkan kesehatan mereka.
A.
Definisi
Tidur
Tidur
menurut Maas (2002) dalam Nashari (2002) adalah suatu keadaan saat kesadaran
seseorang menjadi turun, tapi aktivitas otak tetap memainkan perannya. Tidur
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kesadaran, berkurangnya
aktivitas pada otot rangka dan penurunan metabolisme (Harkreader dkk 2005 dalam
Agustin 2012). Menurut Kozier dkk (2004) dalam Diana (2002) mengatakan tidur
adalah kebutuhan dasar manusia yang merupakan proses biologi universal yang
minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Menurut Lilis dkk (2001) dalam
Komalasari (2012) mendefinisikan tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Jadi
bisa disimpulkan bahwa tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai
berkurangnya aktivitas organ pada tubuh manusia akan tetapi aktivitas otak
tetap berjalan.
B.
Tahap-tahap
Tidur
Ibrahim
(2013) mengatakan bahwa tidur terbagi dalam dua kondisi yang dikenal sebagai
tidur tanpa gerak cepat mata (non-rapid-eye-movement—NREM)
dan tidur dengan gerak cepat mata (rapid-eye-movement—REM).
Kedua kondisi ini berlangsung dalam siklus sembilan puluh menit yang berulang
lima hingga enam kali semalam dan mencangkup sekurang-kurangnya empat tahap
NREM dan REM.
Tidur
NREM adalah sumber munculnya tidur REM. Secara keseluruhan berikut merupakan
tahap-tahapan tidur (Guyton and Hall, 1997):
a. Tahap
1 : NREM
Tahap transisi antara mengantuk dan
tertidur ditandai dengan penurunan aktivitas fisiologis yang dimulai dengan
menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi serta penurunan secara
bertahap anda-tanda vital dan metabolisme menurunnya denyut nadi, tahap ini
berakhir selama 5-10 menit.
b. Tahap
2 : NREM
Tahap tidur ringan, denyut jantung
mulai melambat, menurunnya suhu tubuh, dan berhentinya pergerakan mata, masih
relatif mudah untuk terbangun, tahap ini akan berakhir 10-20 menit.
c. Tahap
3 : NREM
Tahap awal dari tidur yang dalam, laju
pernapasan dan denyut jantung terus melambat karena sistem saraf parasimpatik
semakin mendominasi, otot skeletal semakin berelaksasi, terbatasnya pergerakan
dan mendengkur mungkin saja terjadi. Pada tahap ini seseorang yang tidur sulit
dibangunkan, tahap ini berakhir 15-30 menit.
d. Tahap
4 : NREM
Tahap tidur terdalam, tidak ada
pergerakan mata dan aktivitas otot, tahap ini ditandai dengan tanda-tanda vital
menurun secara bermakna dibandingkan selama terjaga dan laju pernapasan dan
denyut jantung menurun sampai 20-30%. Seseorang yang terbangun pada saat tahap
ini tidak secara langsung menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan
disorientasi untuk beberapa menit setelah bangun dari tidur.
e. Tahap
REM
Ditandai dengan pergerakan mata secara
cepat ke berbagai arah, pernapasan cepat, tidak teratur, dan dangkal, otot
tungkai, mulai lumpuh sementara, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.
Pada pria terjadi ereksi penil sedangkan pada wanita terjadi sekresi vagina,
durasi dari tidur REM meningkat pada siklus dan rata-rata 20 menit.
C.
Siklus
Tidur
Pada orang dewasa terjadi 4-5 siklus
setiap waktu tidur. Setiap siklus tidur berakhir selama 80-120 menit. Tahap
NREM 1-3 berlangsung selama 30 menit kemudian diteruskan ke tahap 4 kembali ke
tahap 3 dan 2 selama kurang lebih 20 menit. Tahap REM muncul sesudahnya dan
berlangsung selama 10 menit, melengkapi siklus tidur yang pertama (Potter &
Perry, 2005 dalam Agustin 2012).
D. Pola Tidur
Menurut
Harkreder dkk (2007) dalam Prayitno (2012) mengatakan bahwa pola tidur yang
dimiliki setiap orang seperti halnya jam, tubuh individu dapat mamahami kapan
waktunya untuk tertidur dan kapan waktunya untuk bangun. Seseorang yang
memiliki pola tidur bangun yang teratur menunjukan tidur yang berkualitas dan
performa yang lebih baik daripada orang yang memiliki pola tidur-bangun yang
berubah-ubah.
E.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
Kualitas
tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur
REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah jumlah total waktu tidur
seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu
(Ibrahim, 2013) :
a. Penyakit
Sakit
yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang
sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari pada keadaan normal. Sering
sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya
seperti rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka, tumor atau kanker pada stadium
lanjut.
b. Lingkungan
Lingkungan
dapat mendukung atau menghambat tidur, temperatur, ventilasi penerangan
ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.
c. Kelelahan
Kelelahan
akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang akan
semakin pendek tidur REMnya.
d. Gaya
hidup
Orang
yang bekerja shift dan sering berubah shift nya harus mengatur kegiatannya agar
dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk dapat bisa tidur.
e. Stres
emosi
Depresi
dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang yang dipenuhi dengan
masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur. Kecemasan akan meningkatkan
kadar norepinephrin dalam darah yang
akan merangsang sistem saraf simpatetik. Perubahan ini menyebabkan berkurangnya
tahap IV NREM dan tidur REM.
f.
Obat-obatan dan alkohol
Beberapa
obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-obatan yang mengandung
diuretic menyebabkan insomnia, anti depresan akan memsupresi REM. Orang yang
minum alkohol terlalu banyak seringkali mengalami gangguan tidur.
F.
Fungsi
Tidur
Menurut
Dewit (2001) dalam Komalasari (2012), istirahat dan tidur yang cukup adalah
sangat penting bagi kesehatan dan pemulihan dari kondisi sakit. Menurut Kozier
(2004) dalam Agustin (2012), tidur menggunakan kedua efek psikologis pada
jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Potter (2005) dalam Komalasari
(2012) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi
jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV) tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel
epitel dan khusus seperti sel otak. Menurut Aman (2005) dalam Prayitno (2012),
tidur memang sangat penting bagi tubuh manusia untuk jaringan otak dan fungsi
organ-organ tubuh manusia karena dapat memulihkan tenaga dan berpengaruh
terhadap metabolisme tubuh. Istirahat tidak hanya mencangkup tidur, tetapi juga
bersantai, perubahan dalam aktivitas, menghilangkan segala tekanan-tekanan
kerja atau masalah-masalah lainnya (Ibrahim, 2013).
Sehingga
bisa disimpulkan bahwa tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk
beraktifitas sehari-hari, memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh
menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metabolik serta menyimpan
persediaan energi tubuh.
G. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia
adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun
kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat
memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering tejaga dan insomnia terminal atau
bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali, untuk menyembuhkan insomnia
maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya, artinya, kalau disebabkan
penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus
disembuhkan terlebih dahulu (Choppra, 2003).
b. Hipersomnia
Merupakan
kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam
di malam hari dan biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi
atau kegelisahan. Kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal atau
hati atau gangguan metabolisme (Alimul, 2006).
c. Parasomnia
Merupakan
suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur anak-anak seperti somnabulisme (tidur berjalan), ketakutan
dan enuresis (mengompol). Gangguan
ini sering dialami anak secara bersama, diturunkan dalam keluarga atau genetis
dan cenderung terjadi pada tahap III dan IV tidur NREM (Alimul, 2006).
d. Narkolepsi
Narkolepsi
adalah serangan mengantuk yang mendadak pada siang hari, sering disebut sebagai
serangan tidur. Penyebabnya tidak diketahui tetapi tidak diperkirakan akibat
kerusakan genetik sistem saraf pusat (Aman, 2005 dalam Prayitno 2012).
Daftar Pustaka
Ibrahim,
2013, Misteri Tidur, (Edisi 1),
Penerjemah : S.A. Rizal, Zaman, Jakarta
Aziz,
Alimul, 2006,Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Madika
Guyton,
A. C. and, J.E., 1997, Buku Ajar
Fisiologi Kedoktern Edisi 9. Jakara: EGC
Mubarak,
dkk, 2007, Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Choppra,
D, 2003, Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak ?
Ucapkan Selamat Tinggal pada Insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera
Nashari,
Hakim, 2004, Menggapai Prestasi Puncak dengan Meningkatkan Kualitas Tidur dan
Kualitas Mimpi. Laporan Penelitian. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM
Agustin,
Destiana, 2012, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja Shift Di PT Krakatau Tirta
Industri Cilegon. (Skripsi), UI, Depok
Diana,
Rahmi, 2002, Perbedaan Kualitas Mahasiswa Tidur Laki-laki dan Mahasiswa Perempuan.
(Skripsi), UII, Yogyakarta
Prayitno,
2012, Jurnal Kedokteran Trisakti, Gangguan
Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan Penatalaksanaanya, Vol.21 No.1:
24-28
Komalasari,
Dewi, Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Ibu Hamil.
(Skripsi), UNPAD, Bandung
Triton - Titanium Tail Brake - The Triton Factory
BalasHapusThis titanium exhaust wrap Triton is a titanium tube two piece model 2 piece steel steel harness head titanium tubing that will allow you to ford escape titanium 2021 easily 2017 ford focus titanium change the positions of your rear razor blades.